Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, mengonfirmasi adanya 13 kecamatan di daerah Kabupaten Tapanuli Tengah dan Tapanuli Utara yang terisolir akibat bencana banjir bandang dan longsor. Identitas wilayah yang terisolasi ini menimbulkan tantangan yang serius dalam upaya penyaluran bantuan kemanusiaan kepada masyarakat yang terdampak.
Bobby menyatakan bahwa distribusi bantuan harus dilakukan melalui udara mengingat kondisi akses darat yang tertutup. Namun, dia menjamin semua warga yang terisolasi telah menerima bantuan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup mereka.
“Semua bantuan sudah terjangkau, meskipun akses darat terhambat,” ujar Bobby menambahkan bahwa langkah-langkah untuk memastikan kelancaran distribusi sedang diterapkan.
Keadaan Darurat di Tapanuli Tengah dan Tapanuli Utara
Sejak terjadinya bencana, Kepala Bidang Penanganan Darurat, Peralatan, dan Logistik dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Utara, Sri Wahyuni Pancasilawati, melaporkan telah terisolasinya 13 kecamatan. Dari kedua kabupaten tersebut, beberapa kecamatan dikenal memiliki populasi yang padat.
Di Tapanuli Utara, dua kecamatan yang terpengaruh adalah Adian Koting dan Parmonangan. Adapun di Tapanuli Tengah, sebelas kecamatan yang terisolir mencakup Sosor Gadong, Sorkam, Kolang, dan lainnya.
Kendala akses ini dipicu oleh kondisi material longsor yang menyelimuti jalanan, sehingga tidak memungkinkan kendaraan untuk memasuki wilayah tersebut. Tim untuk penanganan darurat diinstruksikan untuk menggunakan metode alternatif dalam mengangkut bantuan.
Proses Penyaluran Bantuan Kemanusiaan
Proses distribusi bantuan di wilayah terisolir dilakukan melalui transportasi udara. Setelah itu, petugas dari TNI melanjutkan dengan membawa bantuan secara manual hingga ke lokasi tujuan. Hal ini dilakukan untuk memastikan setiap kebutuhan mendesak dapat terpenuhi.
Misalnya, di Kecamatan Adian Koting, petugas harus berjalan kaki karena jalur kendaraan benar-benar terputus. Kesulitan ini semakin memperberat beban warga yang sudah dalam kondisi darurat.
Rencana evakuasi pun dibahas agar lebih banyak bantuan bisa segera disalurkan. Petugas juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk mencari jalan keluar dari situasi ini.
Dampak Bencana Terhadap Penduduk Lokal
Saat ini, bencana ini telah menghantam lebih dari 420.000 kepala keluarga, dengan total sekitar 1,5 juta jiwa yang terpengaruh. Angka pengungsi mencapai lebih dari sepuluh ribu kepala keluarga dan lebih dari 45.000 jiwa yang kini tinggal di tempat penampungan.
Di samping itu, bencana ini juga menyebabkan banyak korban jiwa. Tercatat 330 jiwa kehilangan nyawa, dan ratusan lainnya terluka, dengan 136 jiwa masih hilang sampai saat ini.
Pemerintah dan instansi terkait terus bekerja keras dalam penanganan bencana ini. Dukungan moral dan finansial dari para donatur juga sangat penting untuk memastikan pemulihan masyarakat pascabencana ini berjalan dengan baik.
