Dugaan keracunan makanan di SMPN 1 Laguboti, Kabupaten Toba, Sumatera Utara, menjadi peristiwa yang mengguncang masyarakat setempat. Kejadian ini melibatkan sejumlah pelajar yang terpaksa mendapatkan perawatan di rumah sakit akibat mengonsumsi makanan bergizi gratis yang disediakan.
Pada tanggal 15 Oktober, jumlah korban terus bertambah menjadi 84 pelajar yang dirawat di dua rumah sakit yaitu RS HKBP Balige dan RSUD Porsea. Pengiriman korban dilakukan dengan enam unit ambulans yang dikerahkan oleh berbagai instansi untuk memberikan pertolongan secepatnya.
Kepala Dinas Kesehatan Toba, Freddi Seventry Sibarani, menyatakan bahwa kondisi para pelajar semakin memprihatinkan. Mereka mengalami gejala yang beragam, mulai dari mual hingga sesak napas setelah menyantap hidangan yang disediakan dalam program makan bergizi ini.
Detail Kejadian Keracunan di Sekolah Tersebut
Selain pelajar, dua pekerja dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) juga dilaporkan mengalami gejala serupa. Mereka turut mengonsumsi makanan yang sama dengan para pelajar, sehingga total korban kini menjadi 86 orang.
Menu makanan yang disajikan pada hari itu terdiri dari ikan mujair asam manis, tempe, sayur pakcoy, dan buah semangka. Freddi menjelaskan bahwa banyak dari korban mengalami keluhan seperti pusing, nyeri ulu hati, hingga muntah setelah menyantap hidangan tersebut.
Tim medis dari Dinas Kesehatan Toba segera turun ke lokasi untuk menangani situasi ini. Mereka juga bekerja sama dengan Loka POM Toba untuk mengambil sampel makanan yang telah dikonsumsi oleh para korban sebagai bagian dari penyelidikan awal.
Langkah Penanganan dan Investigasi yang Dilakukan
Tim medis menemukan bahwa beberapa bahan makanan, terutama buah semangka, diduga dalam kondisi tidak layak konsumsi. Freddi mengungkapkan, dari pemeriksaan awal, ditemukan indikasi bahwa semangka tersebut sudah agak berlendir.
Pihak SPPG mengaku bahwa menu tersebut diterima dari Penyedia Makanan yang ditugaskan. Penanganan darurat pun terus dilakukan untuk memastikan kesehatan semua korban yang terlibat dalam insiden ini.
Dalam upaya respons darurat, delapan tenaga medis diturunkan ke lapangan. Lima di antaranya adalah dokter, sementara yang lainnya merupakan perawat dan tenaga kesehatan support lainnya.
Kondisi Terakhir Korban dan Upaya Perawatan Lanjutan
Meskipun beberapa siswa sempat pulang ke rumah setelah merasakan gejala keracunan, pihak medis masih mencarikan mereka untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Tim yang dikerahkan tidak hanya bertugas mengobati, tetapi juga melakukan evaluasi kondisi kesehatan seluruh pelajar.
Freddi menyebutkan bahwa mereka berkomitmen untuk terus melakukan pemantauan dan kunjungan ke rumah-rumah siswa yang sudah pulang. Ini penting untuk memastikan tidak ada gejala lanjutan dalam waktu dekat.
Pada saat yang sama, pihak sekolah juga diminta untuk memberikan keterangan lebih lanjut terkait penyediaan makanan dan proses pendistribusiannya. Hal ini bertujuan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.