Satuan tugas yang bertanggung jawab atas penanganan radiasi Cesium-137 telah melaksanakan evakuasi terhadap material terkontaminasi dengan total berat mencapai 248,4 ton. Seluruh material ini dikumpulkan dan dibawa ke PT Peter Metal Technology untuk penyimpanan lebih lanjut, demi mengurangi risiko paparan radiasi di masyarakat.
Material yang mengandung Cesium-137 ini berasal dari 22 perusahaan serta lapak barang bekas yang beroperasi di sekitar Kawasan Industri Modern (KIM) Cikande, yang terletak di Kabupaten Serang, Banten. Keberadaan material berbahaya tersebut menimbulkan kekhawatiran bagi para penduduk yang tinggal di sekitarnya.
Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup, Rasio Ridho Sani, menyatakan bahwa upaya untuk menangani radiasi ini terus berlangsung. Pentingnya penanganan yang baik di area kawasan industri Cikande menjadi prioritas untuk menjamin keselamatan masyarakat.
Rasio Ridho Sani juga menjelaskan bahwa 20 dari 22 perusahaan yang terpapar Cesium-137 sudah dinyatakan bebas dari paparan. Sementara itu, dari 13 titik di luar zona industri yang masih dalam proses dekontaminasi, dua lokasi di antaranya sedang ditangani untuk dibersihkan dari kontaminasi.
Namun, proses pembersihan ini belum sepenuhnya lancar. Pemerintah Kabupaten Serang mengalami kesulitan dalam pendanaan untuk menanggung relokasi warga yang tinggal di wilayah terdampak. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan paparan radiasi yang masih mungkin terjadi bagi masyarakat yang belum direlokasi.
Proses Dekontaminasi yang Sedang Berlangsung di Cikande
Dalam upaya dekontaminasi, 30 Kepala Keluarga (KK) terpaksa harus direlokasi dari tempat tinggal mereka. Namun, relokasi tersebut menemui kendala karena keterbatasan dana dari Pemkab Serang. Ibu Bupati Serang, Ratu Zakiyah, diharapkan dapat mempercepat proses relokasi ini agar masyarakat tidak terus-menerus terekspos risiko radiasi.
Rasio Ridho Sani mengatakan, “Kita melakukan dekontaminasi, tetapi masyarakat masih tinggal di lokasi. Hal ini meningkatkan potensi paparan radiasi, sehingga relokasi perlu dipercepat.” Proses pembersihan yang idealnya cepat menjadi terhambat karena masalah pendanaan yang ada.
Sementara itu, untuk memonitor kendaraan yang mungkin terpapar radiasi, pihak berwenang menggunakan alat Radiation Portal Monitor (RPM). Pemeriksaan yang dilakukan menunjukkan bahwa jumlah kendaraan yang terdeteksi mengandung Cesium-137 semakin menurun.
Dari ribuan kendaraan yang melewati portal pemantauan, hanya sekitar 40 unit yang teridentifikasi terpapar radioaktif bagi kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pembersihan dan pemantauan membawa dampak positif meski tantangan masih ada di depan.
Terobosan dan Tantangan Penanganan Radiasi
Sampai saat ini, langkah-langkah awal telah dilakukan untuk menangani isu radiasi, tetapi tantangan tidak dapat diabaikan. Relokasi warga sangat terkait dengan keberhasilan proses dekontaminasi yang aman dan efektif. Jika tidak ditangani, isu ini bisa memunculkan dampak jangka panjang bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan.
Deputi Rasio meningkatkan koordinasi antara pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah daerah, untuk memastikan langkah-langkah yang tepat diambil. Proses rehabilitasi lingkungan tidak hanya sekadar pencairan kontaminan, tetapi juga harus mempertimbangkan kesejahteraan komunitas yang terpengaruh.
Kesadaran masyarakat tentang potensi bahaya yang ditimbulkan Cesium-137 perlu ditingkatkan. Edukasi dan informasi yang tepat akan membantu mereka memahami langkah-langkah yang diambil dan bagaimana mereka dapat menjaga diri mereka sendiri pada saat yang sama.
Penanganan radiasi memang rumit dan memerlukan kerjasama dari banyak pihak. Dari pihak pemerintah yang berwenang hingga masyarakat itu sendiri, semuanya memiliki peran untuk memastikan keselamatan lingkungan dan kesehatan masyarakat dapat terjaga dengan baik.
Impak Lingkungan dan Sosial dari Radiasi Cesium-137
Impak dari keberadaan material berbahaya seperti Cesium-137 ini bukan hanya bersifat fisik, tetapi juga sosial. Keberadaan radiasi meningkatkan ketakutan dan kecemasan di masyarakat, terutama bagi mereka yang tinggal paling dekat dengan area terdampak. Kesehatan mental warga perlu mendapatkan perhatian agar mereka tidak terjebak dalam kecemasan akibat situasi yang tidak menentu ini.
Selain itu, kerugian ekonomis juga menjadi perhatian serius. Warga yang terpaksa direlokasi akan menghadapi kesulitan dalam mencari kebutuhan sehari-hari, dan banyak dari mereka yang bergantung pada mata pencaharian yang terpengaruh oleh situasi ini. Oleh karena itu, bantuan sosial sangat diperlukan untuk mengurangi beban ekonomi yang ditanggung oleh mereka.
Pihak berwenang juga harus mencari solusi untuk kelangkaan informasi yang seringkali menjadi permasalahan dalam situasi seperti ini. Transparansi dalam komunikasi mengenai langkah-langkah penanganan dan perkembangan proses dekontaminasi sangat diperlukan agar masyarakat merasa terlibat dan terbuka.
Keseluruhan, penanganan masalah radiasi Cesium-137 di kawasan Cikande memerlukan pendekatan holistik yang tidak hanya menitikberatkan pada aspek teknis namun juga sosial. Perhatian yang serius dan langkah-langkah proaktif perlu diambil untuk melindungi masyarakat dan lingkungan dari efek jangka panjang radiasi ini.
