Banjir hebat yang melanda Kota Semarang, Jawa Tengah, telah menyebabkan dampak serius bagi banyak warga. Selama tujuh hari terakhir, bencana ini telah menelan tiga korban jiwa, yang semuanya tenggelam di lokasi berbeda yang terendam air.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang, Endro P Martanto, mengungkapkan bahwa salah satu dari tiga korban adalah seorang anak berusia tujuh tahun, Achmad Rifqie Arzan. Bocah tersebut ditemukan tidak bernyawa setelah tenggelam di selokan kawasan Perum Graha Mukti Asri, Tlogomulyo, pada Selasa (28/10).
Endro menyebutkan bahwa Achmad Rifqie adalah korban ketiga terkait banjir di Kota Semarang. Kejadian tersebut terjadi akibat terpeleset dan akhirnya hanyut, sehingga dia diduga meninggal dunia akibat kecelakaan air, ujar Endro kepada media.
Proses pencarian korban dilakukan oleh tim SAR gabungan setelah laporan awal diterima. Mereka melakukan penyisiran di dua arah yang berbeda untuk memperluas jangkauan pencarian, dimulai dari lokasi kejadian menuju utara dan barat.
Penyisiran kini telah dilakukan sejauh dua kilometer dari tempat kejadian, dan hasilnya tim berhasil menemukan tas milik korban sebelum bocah malang itu ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa. Kasus ini menjadi tragis dan mengingatkan pada bahaya air yang menggenangi kawasan tersebut.
Dua korban lain yang juga meninggal akibat banjir berasal dari lokasi yang beragam. Korban pertama, Eko Rusianto, merupakan warga Panggung Kidul, Kecamatan Semarang Utara, yang meninggal saat berusaha membersihkan sampah di Kolam Retensi Trimulyo pada Sabtu (25/10).
Endro menjelaskan bahwa kejadian tenggelam dalam kasus Eko adalah kecelakaan kerja. Eko terjatuh dan tidak dapat berenang karena tidak mengenakan rompi pelampung saat membersihkan kolam retensi dan hanya bergantung pada ban dalam mobil sebagai alat bantu.
Korban kedua adalah anak laki-laki berinisial FAS yang tenggelam di Jembatan Pertigaan Masjid Gebangsari, Kecamatan Genuk. Anak tersebut dilaporkan tenggelam saat bermain di area yang terendam air akibat banjir, yang menunjukkan betapa berbahayanya situasi tersebut bagi anak-anak.
Keadaan Terkini Banjir di Kota Semarang
Banjir yang melanda 23 kelurahan di Kota Semarang telah mengakibatkan puluhan ribu warga terpaksa mengungsi. Total ada sekitar 63.400 jiwa yang terdampak, yang setara dengan 21.125 Kepala Keluarga.
Data terbaru dari BPBD menyebutkan bahwa banjir menggenangi area di lima kecamatan: Semarang Utara, Gayamsari, Genuk, Pedurungan, dan Semarang Timur. Banjir tersebut sangat mengganggu aktivitas sehari-hari warga setempat.
Kecamatan Semarang Utara mengalami banjir yang merendam beberapa kelurahan, seperti Panggung Lor dan Panggul Kidul. Di Gayamsari, genangan air ditemukan setinggi 10-80 sentimeter di beberapa kelurahan termasuk Siwalan dan Tambakrejo.
Jalur utama Pantura juga terendam banjir, menyebabkan banyak truk dan kendaraan lain mogok di jalan. Ketinggian air yang mencapai hampir satu meter menjadikan lalu lintas macet, mengganggu mobilitas warga dan menyebabkan masalah serius bagi pengendara.
Pihak kepolisian juga menerjunkan anggota untuk membantu evakuasi kendaraan yang mogok, namun arus lalu lintas tetap terhambat. Kapolsek Genuk, Kompol Rismanto, menginformasikan bahwa mereka terus membantu evakuasi kendaraan hingga situasi kembali normal.
Upaya Penanganan dan Mitigasi Banjir
Sebelum banjir besar ini terjadi, pihak terkait telah melakukan berbagai upaya, termasuk rekayasa cuaca dan pengoperasian pompa air untuk mengurangi genangan. Namun, meskipun telah dilakukan, banjir masih belum menunjukkan tanda-tanda akan surut.
Banjir yang mulai merendam kawasan tersebut sejak Rabu (22/10) menunjukkan betapa rentannya daerah ini terhadap bencana alam. Keberlanjutan curah hujan intens dan sistem drainase yang tidak memadai menjadi faktor utama dalam terjadinya bencana ini.
Pemerintah berupaya untuk memitigasi dampak lebih lanjut dengan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai risiko banjir dan pentingnya persiapan. Edukasi masyarakat menjadi sangat krusial untuk mencegah jatuhnya korban di masa depan.
Keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana juga sangat penting. Dengan melibatkan warga, diharapkan dapat terbentuk sistem peringatan dini yang lebih baik dan respons yang lebih cepat terhadap situasi darurat.
Secara keseluruhan, saat ini Kota Semarang berada dalam kondisi darurat yang memerlukan kesigapan semua pihak untuk mengatasi masalah banjir ini. Kesadaran dan kolaborasi dari berbagai elemen masyarakat sangat diperlukan untuk keluar dari situasi sulit ini.
Kesimpulan dan Harapan untuk Masa Depan
Banjir di Kota Semarang bukan hanya sekadar bencana alam, tetapi juga menunjukkan betapa pentingnya perencanaan kota yang baik dan sistem pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan. Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan terkait tata ruang dan sistem drainase.
Dengan adanya penilaian yang objektif, diharapkan langkah mitigasi yang lebih efektif dapat diambil. Kita semua berharap agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan, melindungi nyawa dan harta benda warga.
Di depan kita, coba untuk menyusun kembali rencana serta sistem yang ada agar dapat berfungsi lebih baik di waktu mendatang. Investasi dalam infrastruktur dan teknologi yang ramah lingkungan harus menjadi prioritas untuk mencegah bencana serupa dan meningkatkan ketahanan masyarakat.
Mari bersama-sama memudahkan peralihan dari keterpurukan ini menjadi kekuatan dalam membangun Kota Semarang yang lebih tangguh di masa depan. Dengan keterlibatan semua pihak, harapan akan lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi semua warga menjadi semakin nyata.
