Proses evakuasi korban runtuhnya gedung di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, semakin intensif dilakukan. Hingga Minggu (5/10) pagi, Tim SAR Gabungan telah mengidentifikasi 36 korban meninggal, sementara 27 orang masih diduga tertimbun di bawah puing-puing bangunan tersebut.
Deputi Penanganan Darat BNPB Mayor Jenderal TNI Budi Irawan menyampaikan bahwa pencarian dan evakuasi korban telah mencapai sekitar 60 persen. Dia berharap semua puing bisa segera diratakan untuk mengetahui lokasi akhir pencarian korban yang masih terperangkap.
“Alhamdulillah, semalam sudah ditemukan 11 jenazah. Jadi, total kasus kematian kini menjadi 36 orang, dan diperkirakan masih ada 27 orang yang terjebak di reruntuhan,” tutur Budi saat konferensi pers di Posko BNPB Sidoarjo.
Proses Pencarian Korban yang Terus Berlangsung
Proses pencarian ini telah direncanakan dengan hati-hati, mengingat kompleksitas reruntuhan yang ada. Tim SAR bekerja tanpa henti untuk memastikan bahwa tidak ada korban yang tertinggal di dalam puing.
“Kami berharap semua puing akan diratakan dalam waktu dekat, sehingga kami bisa melakukan penilaian akhir mengenai status para korban,” lanjutnya. Upaya ini tidak hanya melibatkan BNPB tetapi juga berbagai elemen tim SAR lainnya.
Direktur Operasi Basarnas, Laksamana Pertama Bramantyo, menjelaskan bahwa sebagian besar korban ditemukan di sektor A3 dan A4, yang berada di sisi kanan depan dan belakang gedung yang ambruk. Sebelumnya, tim berhasil membuka akses menuju titik pencarian tersebut pada Sabtu (4/10) sore.
Keberanian Tim SAR dan Kerjasama Semua Pihak
Meski telah bekerja selama sepekan penuh, Tim SAR Gabungan tetap menjalankan misi ini selama 24 jam nonstop. Mereka berganti shift setiap tiga jam guna menjaga stamina dan kesehatan.
“Kami sangat berharap dukungan dan doa dari masyarakat agar proses pencarian dan evakuasi ini dapat dilakukan dengan baik dan efektif,” ungkap Bramantyo. Usaha maksimal ditunjukkan oleh setiap anggota tim di tengah tantangan yang ada.
Salah satu anggota Tim SAR menambahkan bahwa kendala cuaca dan kondisi reruntuhan yang tidak stabil menjadi tantangan tersendiri dalam operasi ini. Namun, tekad tim untuk menyelamatkan nyawa terus menguatkan semangat mereka.
Tragedi Runtuhnya Gedung dan Dampaknya bagi Santri
Diketahui bahwa gedung tiga lantai yang mencakup musala tersebut ambruk pada Senin (29/9) sore saat ratusan santri melaksanakan Salat Ashar berjemaah. Insiden ini menjadi perhatian nasional dan mengejutkan banyak kalangan.
Bangunan yang mengalami keruntuhan tersebut sedang dalam tahap pembangunan, dan banyak pertanyaan muncul di kalangan masyarakat tentang alasan kejadian itu. Proses investigasi pun telah dimulai untuk mencari tahu penyebab pasti dari insiden tragis ini.
Banyak yang berharap agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan, dan pihak berwenang diharapkan untuk memberi perhatian lebih terhadap keselamatan bangunan yang digunakan untuk kegiatan santri. Kematian 36 jiwa menggugah keprihatinan, mendorong semua untuk memperbaiki dan memastikan keselamatan lebih baik ke depannya.
Dengan semangat dan dedikasi yang tinggi, Tim SAR dan berbagai pihak terkait akan terus melanjutkan upaya pencarian hingga semua korban bisa ditemukan. Sukacita atas penemuan bisa juga menjadi momen harapan bagi keluarga yang sebagian besar masih menunggu kabar dari orang tercinta mereka yang hilang.