Dalam kesempatan yang sama, Anggota Komisi IX DPR RI Cellica Nurrachadiana menyampaikan bahwa temuan tersebut harus dijadikan bahan evaluasi serius. “Kami memastikan, kejadian ini harus menjadi bahan evaluasi menyeluruh, baik dari sisi alur distribusi makanan, standar kebersihan dapur, maupun kualitas bahan pangan,” kata Cellica.
Akibat terjadinya insiden keamanan pangan yang diduga berasal dari SPPG Jambudipa 1 Cisarua, maka SPPG itu pun dihentikan operasinya untuk sementara waktu hingga proses investigasi dan pembenahan fasilitas selesai dilakukan. “Kejadian di Jambudipa 1 menjadi perhatian serius bagi BGN. Kami terus mengevaluasi secara menyeluruh agar pelayanan program MBG berjalan aman, sehat, dan sesuai standar,” ujar Hida.
SPPG Jambudipa Cisarua beroperasi sejak 24 Februari 2025 dan melayani 3.995 penerima manfaat, termasuk 346 penerima kategori ibu hamil, ibu menyusui, dan balita, serta 506 siswa kelas kecil. Berdasarkan laporan lapangan, KLB bermula dari pelaporan pihak sekolah yang menemukan masakan ayam yang berbau tidak sedap, dan kemudian disusul dengan laporan tentang beberapa siswa yang mengalami pusing dan nyeri perut.
Menurut data BGN, total terdapat 502 siswa yang sempat dibawa ke fasilitas kesehatan. Dari 56 siswa yang dirawat di RSUD Lembang, kini tersisa hanya 6 siswa.
Perhatian Terhadap Keamanan Pangan di Sekolah
Pentingnya keamanan pangan di lingkungan sekolah harus menjadi fokus utama bagi semua pihak. Insiden yang terjadi di SPPG Jambudipa 1 Cisarua menunjukkan betapa rentannya anak-anak terhadap masalah kesehatan terkait makanan.
Para ahli kesehatan menyarankan agar pengawasan terhadap makanan yang disediakan di sekolah diperketat. Memastikan bahwa semua makanan telah memenuhi standar kebersihan dan kualitas sangat penting untuk mencegah penyakit.
Program penanganan makanan yang baik tidak hanya melibatkan pelatihan untuk staf dapur, tetapi juga mencakup pendidikan bagi siswa mengenai pentingnya memilih makanan yang sehat. Kesadaran siswa tentang kebersihan makanan dapat meningkatkan kualitas kesehatan mereka secara keseluruhan.
Pentingnya Evaluasi Berkelanjutan di SPPG
Evaluasi berkala pada program SPPG sangat diperlukan untuk memastikan semua aspek pelayanan berjalan dengan baik. Penyelenggara harus melakukan audit rutin untuk menilai keadaan dapur dan kualitas bahan makanan yang digunakan.
Dengan melakukan evaluasi secara berkala, masalah dapat diidentifikasi dan ditangani dengan cepat sebelum menyebabkan dampak yang lebih besar. Selain itu, umpan balik dari penerima manfaat juga penting dalam proses evaluasi ini.
Pelibatan masyarakat dalam pengawasan keamanan pangan dapat menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab yang lebih besar. Ini akan menghasilkan sistem yang lebih transparan dan akuntabel.
Langkah-Langkah Perbaikan yang Harus Dilakukan
Setelah terjadinya insiden tersebut, langkah-langkah perbaikan mendesak harus diambil. Pengelolaan dapur perlu diperbaiki dengan memperhatikan aspek kebersihan dan prosedur penyajian makanan.
Selain itu, pelatihan bagi staf dapur penting diadakan untuk menjamin bahwa mereka memahami dan mengikuti prosedur yang tepat. Pelatihan ini harus mencakup penanganan bahan baku sampai penyajian makanan kepada anak-anak.
Pencatatan dan monitoring yang ketat juga harus diimplementasikan. Setiap bahan makanan yang diterima harus dicatat dengan jelas, termasuk tanggal kedaluwarsa dan tempat asalnya untuk mencegah penggunaan makanan yang sudah tidak layak konsumsi.
